Renungan – Memancing Kepiting
Oleh : Seorang Teman Yang Gua gak tau
Namanya
Suatu hari aku bermain kerumah temenku , di
kota Pontianak .
Karena merasa jenuh , akhirnya temenku yang bernama Cemplon mengajak aku untuk
memancing Kepiting.
Kami pun segera pergi ke pinggir laut, dan
menyiapkan Bambu , yang di ujungnya diikatkan seutas tali, dan diujung tali
diikat sebuah batu.
Setelah semua siap, Cemplon dan aku
bersemangat mencari posisi Kepiting, karena bisa terlihat dari pinggir pantai
di sela-sela batu karang.
Akupun menemukan sebuah Kepiting Besar ,
dengan segera kuayunkan pancingku tadi yang diujungnya terikat sebuah batu.
Pertama kali kusentuh dengan batu, Kepiting
itu terdiam, Kusentuh lagi, dia pun mulai menangkis batu itu, kuperkeras lagi
ayunanku, akhirnya Kepiting itu menjadi MARAH.
Disambarnya Batu diujung tali pancingku itu
dan dicengkeramkannya dengan keras dengan menggunakan Capit Kepiting itu.
Langsung kutarik Pancingku itu, dan segera
aku berlari menuju ke Panci berisi Air Mendidih yang tadi telah kami siapkan.
Kumasukkan Kepiting itu ke dalam Panci berisi Air Panas, lalu warna kepiting
itu mulai memerah dan capitnya mulai melepas pancinganku itu.
Akhirnya Kami menyantap KEPITING REBUS.
Kepiting itu menjadi korban santapan kami
karena KEMARAHANNYA, karena KEGERAMANNYA atas gangguan yang kami lakukan dengan
sebatang bambu, seutas tali dan sebongkah batu kecil.
Sering kali kita lihat orang yang
kehilangan Pekerjaan, kehilangan Jabatan, kehilangan peluang, bahkan kehilangan
segala-galanya karena MARAH.
Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu
batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa
mungkin, lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau
perlu pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air
dingin, agar MURKA anda mereda dan anda terlepas dari ancaman panci panas yang
bisa menghancurkan masa depan anda
Visit the Yahoo! Auto Green Center.
0 komentar:
Posting Komentar